Tuesday, 5 July 2011

Belajar Matematika Asyik dengan "Gasing"

Banyak cara yang bisa digunakan agar anak menyukai dan mudah mengerjakan soal Matematika. Anggapan Matematika sulit bisa jadi karena metode pembelajarannya yang membuat anak susah memahami pelajaran ini. Ada sebuah metode yang bisa membuat Matematika menjadi menyenangkan, namanya Metode Gasing, yang merupakan singkatan dari gampang, asyik, dan menyenangkan. Sesuai dengan namanya, metode ini menggunakan cara unik untuk memudahkan anak mengerjakan soal-soal Matematika.

"Matematika dengan Gasing sebenarnya sangat sederhana dan mudah, semua orang bisa, semua orang tahu," kata tokoh Sains dan Matematika, Yohannes Surya, Jumat (1/7/2011) di Jakarta.

Secara gamblang ia menjelaskan bagaimana Gasing dapat membuat seorang anak mampu memahami soal-soal Matematika dengan cara mencongak (menghitung di luar kepala). Selain itu, metode ini mengajak anak-anak untuk terbiasa dengan cara menghitung yang terbalik. Misalnya, untuk penjumlahan dua digit, dimulai dari satuan terbesarnya.

"Misalnya 37 ditambah 26, kita menjumlahkan dulu angka 3 dengan angka 2 dan ditambah satu, berarti 6. Baru kemudian menjumlahkan 7 dengan 6, yaitu 13. Tapi tulis saja 3, karena angka 1 sudah ditulis di depan. 37 ditambah 26 itu hasilnya 63. Lebih cepat," jelasnya.

"Anak akan terbiasa mengerjakan soal Matematika dengan cara mencongak. Jadi, semua soal Matematika bisa dikerjakan di luar kepala, artinya tidak menulis dan menghitung jari," ujar pria yang juga pendiri Surya Institute ini.

Anak yang ingin menggunakan metode ini harus memenuhi syarat kunci terlebih dahulu. Syaratnya, menguasai penjumlahan 1 sampai 20. "Misalnya 9 ditambah 7, harus langsung cepat menjawab 16. Selain itu, tentunya juga menguasai perkalian 1 sampai 10. Setelah itu baru bisa ngebut mengerjakan soal-soal yang lain. Dua digit, tiga digit, atau berapa pun tidak dikerjakan dengan menyusun ke bawah (ditulis). Semua harus dilakukan di luar kepala," ujarnya.

Sumber : http://edukasi.kompas.com/read/2011/07/04/07351845/Belajar.Matematika.Asyik.dengan.Gasing

3 Trik Membaca Buku Lebih Efektif

Punya banyak koleksi buku? Masih ingatkah Anda, buku apa saja yang pernah dibaca dan apa inspirasi yang Anda dapatkan dari buku itu? Jika Anda menjawabnya, "Aduh, sudah lupa", atau bahkan sama sekali tak ada kesan dari buku yang Anda baca, bisa jadi, cara membaca yang diterapkan selama ini tidak efektif. Penulis buku "101,5 Inspirasi Kecerdasan Emosional Anak Muda" yang juga pakar EQ, Anthony Dio Martin membagi 3 cara yang bisa diterapkan untuk membaca secara efektif dan mendapatkan manfaat dari apa yang Anda baca. Apa saja triknya?

Pertama, terapkanlah teknik membaca kontemplatif. "Ketika membaca buku, jangan dari awal sampai akhir lewat begitu saja, kemudian lupa apa yang dibacanya," kata Anthony, di arena Pesta Buku Jakarta 2011, di Istora Senayan, Jakarta, Minggu (3/7/2011).

Bagaimana cara membaca kontemplatif? Anthony menjelaskan, saat membaca buku, peganglah pensil atau pulpen. Beri catatan pada bagian yang menurut Anda menarik. Catatan itu bisa berupa komentar, ketidaksamaan pendapat atau apa pun.

"Itu kan buku Anda sendiri, tidak masalah jadi penuh coretan. Caranya, pegang buku, pegang pensil dan bolpen, corat coret. Biar saja. Kasih komentar di bagian yang dibaca. Coretan ini akan melatih, mencerdaskan pikiran Anda. Tandai, kasih komentar. Lingkari, kasih tanda seru atau memberi pendapat tentang apa yang Anda baca. Misal, anda tidak suka, tidak sependapat,dan sebagainya. Jangan biarkan buku tetap rapi," paparnya.

Trik kedua, buatlah mind mapping. Caranya, membuat garis besar isi buku setelah selesai membacanya.

Dan ketiga, berikan catatan pada notes kecil untuk mencatat ide yang muncul dari buku yang Anda baca. "Pengetahuan tidak ada artinya kalau tidak memunculkan ide. Misalnya, bikin catatan-catatan dari baca buku ini (yang dibaca), apa yang Anda dapatkan. Sebuah buku akan berkesan kalau berhasil membuat kita terinspirasi dan membuat kita punya ide untuk melakukan sesuatu," kata Anthony.

Sumber : http://edukasi.kompas.com/read/2011/07/05/08425625/3.Trik.Membaca.Buku.Lebih.Efektif

1,2 Juta Lulusan SMP Tak Melanjutkan Studi

Wakil Menteri Pendidikan Nasional Fasli Jalal membenarkan adanya jutaan anak yang tidak melanjutkan sekolah setelah lulus dari jenjang sekolah menengah pertama (SMP). Menurut dia, jutaan anak tidak melanjutkan pendidikan tersebut karena berbagai alasan, seperti kesulitan ekonomi, pernikahan dini, dan akses ke sekolah yang jauh. Jumlahnya mencapai 1,2 juta dari 3,7 juta lulusan SMP/MTs yang lulus tahun ini.

"Sebenarnya lulusan wajib belajar kita itu sekitar 3,7 juta anak yang lulus dari SMP/MTs. Dari angka tersebut, lebih dari 1,2 juta anak yang tidak melanjutkan karena berbagai alasan. Sementara itu, yang lainnya melanjutkan ke SMA, SMK, ataupun MA, dan jumlah kecil lainnya melanjutkan mengambil paket C," kata Fasli, Senin (4/7/2011) malam, di Jakarta.

Diberikan pelatihan khusus

Kementerian Pendidikan Nasional akan menjadikan para siswa yang tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang SMA ini sebagai sasaran program life skills yang diselenggarakan Kemdiknas. Life skills adalah program pendidikan nonformal. Program ini untuk menjangkau mereka yang telah menyelesaikan wajib belajar sembilan tahun, tetapi tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Dalam program life skills, para jebolan SMP itu akan dilatih dan dibekali dengan berbagai macam keterampilan. Kemdiknas menyiapkan sekurang-kurangnya 148 jenis pelatihan.

Tak hanya itu, direktorat kursus Kemdiknas secara khusus menyediakan dana bantuan untuk menyokong suksesnya program life skills tersebut.

"Kami menyiapkan anak-anak itu dengan menjadikan mereka sasaran program life skills. Program nonformal yang menjangkau anak-anak. Kami beri perhatian, pelatihan seperti otomotif, elektronik, menjahit, atau apa saja," ujar Fasli.

Direktorat Kursus, kata Fasli, khusus menyediakan dana untuk training provider yang menjamin anak dari keluarga kurang mampu dan tidak melanjutkan sekolah. Training provider ini adalah mereka yang sudah mempunyai rekam jejak dan sudah melahirkan kompetensi yang dijanjikan. Training provider ini akan menjamin persentase tertentu, seperti harus diterima bekerja.

"Begitu ada kesepakatan tersebut, kami akan bayar per kapita. Ada yang Rp 2,5 juta per anak. Jika ada 50 anak, berarti 50 dikali Rp 2,5 juta," ujarnya.

Meski begitu, ia mengaku saat ini Kemdiknas belum mampu menjangkau seluruh anak yang tidak melanjutkan ke jenjang SMA. Ia berharap setelah wajib belajar sembilan tahun tuntas, relevan, dan bermutu, wajib belajar 12 tahun akan terealisasi. Salah satu caranya dengan membuka dan membangun SMA/SMK sederajat lebih banyak.

"Yang kami lakukan saat ini jumlahnya belum mencapai 1,2 juta anak itu. Kami hanya mampu menjangkau beberapa ratus ribu anak. Namun, intinya yang kami harapkan adalah membantu memudahkan mereka menyesuaikan dirinya dari dunia sekolah ke dunia kerja melalui pelatihan-pelatihan tersebut," ungkap Fasli.

Sumber : http://edukasi.kompas.com/read/2011/07/05/09452952/1.2.Juta.Lulusan.SMP.Tak.Melanjutkan.Studi
 
Koemayu Copyright © 2009 Blogger Template Designed by Bie Blogger Template